UU Pariwisata Baru Indonesia: Menuju Pertumbuhan Inklusif dan Berkelanjutan

Pada Oktober 2025, pemerintah Indonesia mengesahkan amandemen besar terhadap Undang-Undang Kepariwisataan, menandai arah baru bagi sektor perjalanan dan perhotelan nasional. Tujuannya adalah menciptakan sistem di mana pariwisata tidak hanya menjadi penggerak ekonomi, tetapi juga dasar bagi pemberdayaan masyarakat lokal, pelestarian budaya, dan perlindungan lingkungan.

Mengapa Perubahan Ini Diperlukan?

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia—khususnya Bali—mengalami pertumbuhan pariwisata yang pesat. Namun, ekspansi ini menimbulkan berbagai tantangan:

• Infrastruktur yang kewalahan,
• Kerusakan lingkungan,
• Manfaat ekonomi yang tidak merata bagi masyarakat lokal, dan
• Meningkatnya layanan pariwisata berbasis platform digital yang tidak teratur.

Amandemen baru, yang sering disebut sebagai “amandemen ketiga” terhadap UU Kepariwisataan 2009, bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ini secara menyeluruh.

Pokok-Pokok Penting dalam Undang-Undang Baru

1. Pariwisata Inklusif dan Berkelanjutan

Undang-undang ini menekankan pariwisata berbasis masyarakat (community-based tourism), memastikan bahwa penduduk lokal terlibat aktif dan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan industri ini dengan cara yang berkelanjutan.

2. Adaptasi terhadap Era Digital

Mengakui peran teknologi, undang-undang ini mendukung lingkungan yang lebih fleksibel dan ramah inovasi bagi pelaku usaha yang beroperasi melalui aplikasi, sistem pemesanan online, dan platform digital.

3. Pengenalan Iuran Pariwisata

Amandemen ini membuka peluang bagi pemerintah untuk memberlakukan iuran pariwisata nasional bagi wisatawan asing. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk proyek berkelanjutan, pembangunan infrastruktur, dan pelestarian budaya.

4. Penekanan pada Nilai Budaya dan Nasional

Pariwisata diakui bukan hanya sebagai kegiatan ekonomi, tetapi juga sebagai wujud identitas nasional dan diplomasi budaya. Undang-undang ini menegaskan pentingnya integrasi pelestarian warisan dan promosi budaya dalam kebijakan pariwisata.

Apa Artinya di Lapangan?

• Masyarakat lokal akan memperoleh bagian yang lebih adil dari pendapatan pariwisata.
• Pelaku usaha diharuskan mematuhi prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
• Wisatawan dapat menemukan lebih banyak pengalaman pariwisata berbasis komunitas dan mungkin adanya biaya masuk baru.

Suara dari Industri

Beberapa pihak, termasuk Asosiasi Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), menyuarakan kekhawatiran bahwa undang-undang ini dapat memusatkan pengambilan keputusan dan mengurangi peran sektor swasta dalam strategi pariwisata nasional.

Langkah Selanjutnya

Parlemen telah mengesahkan RUU ini, dan kini menunggu pengesahan presiden. Detail implementasi akan ditetapkan melalui peraturan pelaksana dalam beberapa bulan mendatang.

Kesimpulan

UU Kepariwisataan yang diperbarui menandai pergeseran dari pariwisata massal menuju pariwisata yang berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan.
Jika dilaksanakan secara efektif, Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain di kawasan dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.