Aturan ‘2 Tahun’ Indonesia: Apa yang Terjadi dengan Tanah Terlantar?

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia semakin menekankan pada efisiensi penggunaan lahan dan reforma agraria. Sebagai bagian dari inisiatif ini, diperkenalkan apa yang disebut “Aturan 2 Tahun” (2 Year Rule), yang memungkinkan negara mengambil alih tanah yang tidak digunakan sesuai peruntukannya selama dua tahun berturut-turut.

Dasar Hukum dan Regulasi

Kerangka regulasi dibangun atas dua instrumen hukum utama:

• Peraturan Pemerintah No. 20/2021, dan
• Peraturan MOAA No. 20/2021

Kedua regulasi ini mendefinisikan kapan dan dalam kondisi apa Kementerian Agraria dan Tata Ruang (MOAA) dapat mengklasifikasikan sebidang tanah sebagai “terlantar.” Kementerian diberi wewenang untuk memantau, mengevaluasi, dan mengambil alih tanah yang dianggap terlantar – termasuk tanah milik pribadi dan tanah yang tunduk pada izin (misalnya, industri atau pertanian).

Tahapan Prosesnya

1. Survei dan Inventarisasi

Pemerintah memantau penggunaan lahan dan mengumpulkan data tentang pemilik serta kegiatan aktual.

2. Penilaian

Pemeriksaan dokumen dan inspeksi lapangan dilakukan, yang dapat memakan waktu hingga 180 hari.

3. Peringatan

Jika tanah tidak digunakan, otoritas mengeluarkan tiga tingkat pemberitahuan tertulis:

• Peringatan pertama: batas waktu 90 hari
• Kedua: tambahan 45 hari
• Ketiga: masa tenggang akhir 30 hari

4. Keputusan Resmi

Jika pemilik tetap tidak mengambil tindakan, tanah diklasifikasikan sebagai “terlantar” dan dapat diambil alih oleh negara.

Kasus Pengecualian

Aturan ini tidak berlaku dalam semua situasi. Pengecualian meliputi:

• tanah dengan kepemilikan yang dipersengketakan
• area yang terkena dampak bencana alam
• kawasan konservasi atau tanah dengan status khusus

Konsekuensi dan Tujuan

Tanah yang diklasifikasikan sebagai “terlantar” dapat dialihkan ke kepemilikan negara dan kemudian digunakan untuk reforma agraria, pembangunan infrastruktur, atau proyek kepentingan umum.

Tujuan pemerintah bukan untuk menghukum, melainkan untuk mendorong penggunaan lahan dan memanfaatkan sumber daya nasional dengan lebih baik. Prosesnya tidak otomatis – setiap kasus melibatkan investigasi resmi, pengumpulan bukti, dan beberapa peringatan sebelum pengambilalihan oleh negara.

Ringkasan

“Aturan 2 Tahun” adalah elemen penting dari kebijakan pertanahan Indonesia, yang bertujuan untuk mengaktifkan kembali tanah yang terlantar dan kurang dimanfaatkan. Meskipun melibatkan prosedur yang ketat, mekanisme transparannya memastikan bahwa pemilik menerima beberapa kesempatan untuk memperbaiki situasi sebelum tanah secara permanen dialihkan ke kepemilikan negara.